Senin, 13 Mei 2013

TRYPANOSOMA GAMBIENSE



 Hospes dan nama Penyakit
Manusia merupakan hospes dari kedua spesies parasit ini. Hospes reservoar T.rhodesiense adalah binatang liar seperti antilop dan hospes resrevoar T.gambiense adalah binatang peliharaan seperti babi, sapi, kambing, dan sebagainya. Lalat Glossina berperan sebagai hospes perantara. Penyakitnya disebut tripanosomiasis afrika atau sleeping sickness.

Ciri-ciri Trypanosoma Gambiense
            Bentuk vegetative memiliki karakteristik sebagai berikut :
  1. ukuran 14 mikron,
  2. bentuk seperti buah peer,
  3. Anterior -  posterior meruncing,
  4. punya 4 pasang flagel aksostil, sedangkan
  5. Bentuk kista memiliki karakteristik sebagai berikut :
  6. ukuran 10- 14 mikron,
bentuk oval, terdiri dari 2-4 inti sel,
  1. kista infektif inti 4,
  2. dinding tipis & kuat.
Klasifikasi Trypanosoma gambiense
Kingdom                     : Protista
Subkingdom                : Protozoa
Phylum                        : Sarcomastigophora
Subphylum                  : Mastigophora
Class                           : Zoomastigophora
Order                          : Kinetplastida
Family                         : Trypanosomatidae
Section                        : Salivaria
genus                           : Trypanosoma
Species                        : Brucei
Subspecies                   : gambiense , rhodesiens
                                    
Penyebaran / Distribusi geografi
            Spesies ini ditemukan di daerah Afrika tropik, yaitu antara garis lintang 15° dan garis lintang selatan 18° ( Fly belt ). T.gambiense di bagaian Afrika tengah dan Barat.

Habitat trypanosoma gambiense
            Habitat trypanosoma gambiense berada di Afrika, antara kelima belas paralel utara dan selatan. Habitat yang disukai adalah vegetasi di sepanjang sengai, danau, hutan tepi, dan hutan galeri yang memanjang sampai wilayah scrub.

Morfologi
Bentuk Tripomastigot (Trypanosome form)
Bentuk memanjang dan melengkung langsing,
inti di tengah
Inti di tengah besar berbentuk lonjong, terletak di tengah dan berfungsi untuk menyediakan makanan. Disebut juga Troponukleus
kinetoplas dekat ujung posterior
kinetoplas, berbentuk bulat atau batang. Ukuran lebih kecil dari inti dan terletak di depan atau di belakang inti. Kinetoplas terdiri dari 2 bagian yaitu benda parabasal dan blefaroplas
Flagela membentuk dua sampai empat kurva membran bergelombang,
Flagela merupakan cambuk halus yang keluar dari blefaroplas dan berfungsi untuk bergerak. Undulating membrane (membran bergelombang), adalah selaput yang terjadi karena flagela melingkari badan parasit, sehingga terbentuk kurva-kurva. Terdapat 3-4 gelombang membran
ukurannya 20-30 mikron

Siklus Hidup 

Pada waktu darah mamalia dihisap, oleh lalat tse tse yang infektif (genus Glossina) maka akan memasukkan metacyclic trypomastigotes kedalam jaringan kulit. Parasit–parasit akan masuk ke dalam sistem lymphatic dan ke dalam aliran darah
Di dalam tubuh tuan rumah, mereka berubah menjadi trypomastigotes di dalam aliran darah.
Dan ini akan dibawa ke sisi lain melalui tubuh, cairan darah kaya yang lain dan berlanjut bertambah banyak dengan binary fission
Segala siklus hidup dari African Trypanosomes telah ditampilkan pada tingkat ektra seluler. Lalat tsetse menjadi infektif dengan trypomastigotes dalam aliran darah  ketika mengisap darah mamalia yang terinfeksi
 Pada alat penghisap lalat parasit berubah menjadi procyclic trypomastigotes, bertambah banyak dengan binary fission
Binary fission meninggalkan alat penghisap, dan berubah menjadi epimastigotes,
Air liur lalat kaya akan epimastigotes dan pertambahan banyak berlanjut dengan  binary fission
Siklus dalam tubuh lalat berlangsung selama kurang lebih 3 minggu. Manusia merupakan reservoir utama untuk Trypanosoma gambiense, tetapi spesies in dapat selalu ditemukan pada binatang. 

Mekanisme Tranmisi
            Lalat tsetse (jantan dan betina), bertindak sebagai vektor pambawa parasit ini, terutama spesies Glossina palpalis. Lalat ini banyak terdapat di sepanjang tepi-tepi sungai yang mengalir di bagian barat dan tengah Afrika. Lalat ini mempunyai jangkauan terbang sampai mencapai 3 mil.

Sumber Infeksi
            Penyakit ini disebabkan oleh segolongan oleh jasad-jasad yang berbangun ulir panjang, yang hanya dapat dilihat dengan mikroskop, tetapi jauh lebih besar dari pada sel darah merah. Jasad-jasad itu dipindahkan oleh lalat tse-tse, yang kena tular setelah lewat waktu delapan belas sampai tiga puluh empat hari setelah makan darah dari manusia yang sedang sakit itu, atau dari binatang. Banyak jenis-jenis binatang liar atau ternak yang dapat memelihara jasad-jasad itu di dalam tubuhnya yang tidak membahayakan bagi tubuhnya sendiri.

Patologi dan Gejala Klinis
Gejala dan tanda penyakit ini dapat bervariasi dan umumnya dibagi atas 3 fase :
1. Fase awal (Initial stage)
Ditandai dengan timbulnya reaksi inflamasi lokal pada daerah gigitan lalat tsetse. Reaksi inflamasi dapat berkembang menjadi bentuk ulkus atau parut ( primary chancre). Reaksi inflamasi ini biasanya mereda dalam waktu 1-2 minggu.
2. Fase penyebaran (Haemoflagellates stage)
Setelah fase awal mereda, parasit masuk ke dalam darah dan kelenjar getah bening (parasitemia). Gejala klinis yang sering muncul adalah demam yang tidak teratur, sakit kepala, nyeri pada otot dan persendian. Tanda klinis yang sering muncul antara lain : Lymphadenopati, lymphadenitis yang terjadi pada bagian posterior kelenjar cervical (Winterbotton’s sign), papula dan rash pada kulit.
Pada fase ini juga terjadi proses infiltrasi perivascular oleh sel-sel endotel, sel limfoid dan sel plasma, hingga dapat menyebabkan terjadinya pelunakan jaringan iskemik dan perdarahan di bawah kulit (ptechial haemorhagic). Parasitemia yang berat (toksemia) dapat mengakibatkan kematian pada penderita.
3. Fase kronik (Meningoencephalitic stage)
Pada fase ini terjadi invasi parasit ke dalam susunan saraf pusat dan mengakibatkan terjadinya meningoenchepalitis difusa dan meningomyelitis.
Demam dan sakit kepala menjadi lebih nyata. Terjadi gangguan pola tidur , insomnia pada malam hari dan mengantuk pada siang hari. Gangguan ekstrapiramidal dan keseimbangan otak kecil menjadi nyata. Pada kondisi yang lain dijumpai juga perubahan mental yang sangat nyata. Gangguan gizi umumnya terjadi dan diikuti dengan infeksi sekunder oleh karena immunosupresi. Jumlah lekosit normal atau sedikit meningkat. Bila tercapai stadium tidur terakhir, penderita sukar dibangunkan. Kematian dapat terjadi oleh karena penyakit itu sendiri atau diperberat oleh penyakit lain seperti malaria, disentri, pneumonia atau juga kelemahan tubuh

Diagnosis
 Diagnosis dapat dilakukan dengan cara :
1. Mengetahui riwayat tempat tinggal dan riwayat bepergian ke daerah endemik.
2. Menemukan tanda dan gejala klinis :
• Demam yang bersifat periodik
• Dijumpai reaksi inflamasi lokal (primary chancre) pada tempat inokulasi, rash pada kulit, lympadenopati pada bagian cervical posterior (Winterbotton’s sign)
• Gangguan neurologis, terutama pola tidur (diurnal somnolence, nocturnal insomnia), gangguan status mental, gangguan keseimbangan otak kecil, gangguan ekstrapiramidal.
3. Menemukan parasit pada pemeriksaan :
• Darah tepi dengan pewarnaan.
• Biopsi aspirasi pada ‘primary chancre’
• Cairan cerebrospinal
4. Pemeriksaan Serologi
• ELISA
• Immunofluorescent indirek

Pencegahan
Pencegahan penyakit ini meliputi :
1. Mengurangi sumber infeksi
Pengurangan sumber infeksi dapat dilakukan dengan cara melakukan pengobatan secara tuntas pada penderita, bahkan memusnahkan hewan vertebrata yang terinfeksi
2. Melindungi manusia terhadap infeksi
            Kontak terhadap vektor dapat dihindari dengan menjauhi habitat vektor, memakai pelindung kepala dan tubuh, menggunakan kelambu serta memakai reppellent.
Mengendalikan vektor
            Pengendalian vektor dapat dilakukan dengan mengurangi tempat hidup dan perindukan vektor. Pengendalian juga dapat dilakukan dengan menggunakan insektisida untuk mengurangi jumlah lalat dewasa.

Pengobatan
            Pengobatan dapat bervariasi dan biasanya berhasil bila dimulai pada permulaan penyakit. Bila susunan saraf pusat telah terlibat, biasanya pengobatan kurang baik hasilnya. Obat-obat yang sering digunakan antara lain :
1. Eflornithine dengan dosis 400 mg/kg/hari IM atau IV dalam 4 dosis bagi, selama 14hari dan dilanjutkan dengan pemberian oral 300 mg/kg/hari sampai 30 hari.
2. Suramin dengan dosis 1 gr IV pada hari ke 1,3,7,14,21 dimulai dengan 200 mg untuk test secara IV. Dosis diharapkan memcapai 10 gram. Obat ini tidak menembus blood-brain barrier dan bersifat toksis pada ginjal.
3.  Pentamadine, dengan dosis 4 mg/kg/hari/hari IM selama 10 hari.
4. Melarsoprol, dengan dosis 20 mg/kg IV dengan pemberian pada hari ke 1,2,3,10,11,12,19,20,21 dan dosis perharinya tidak lebih dari 180 mg. Enchephalopati dapat muncul sebagai efek pemberian obat ini . Hai ini terjadi oleh karena efek langsung dari arsenical (kandungan dari melarsoprol) dan juga oleh karena reaksi             penghancuran dari Trypanosma (reactive enchepalopathy). Bila efek tersebut muncul,pengobatan harus dihentikan.


  


                                                                                                                   salam f kecil

4 komentar:

  1. Iya sama-sama...
    semoga bermanfaat :)

    BalasHapus
  2. mba maaf mau nanya, ini daftar pustakanya apa ya

    BalasHapus
  3. The worst time has passed”However, it is true that there are more improvements than before...because of the rising numbers of people living with HIV in the state of Nevada. How could they stigmatize all of them? Therefore everything becomes a little easier and we start to share everything... We also started to invite and visit each other in a community. You know, it is six years since I started taking antiretroviral drugs...Yet whatever problems I face, the worst time has passedWhen I was evicted from the family home by my mother, my father rented a small room for me. But my mother and brothers believed that having HIV was my own fault – and that I deserved to be punished...I also considered myself unworthy and without hope... But I have a child and eventually I convinced myself to live for my child’s sake.
    My mother knew nothing [about HIV]. She didn’t understand anything. Do you know why? She didn’t have [the chance] to go out of the house and communicate with society. However, my father does interact with the community. I know his friends are mature and dignified africa america. So he has a better understanding than her.My father came call me on a sadfull day sitting on my couch about a friend of his from africa who introduce him to Dr Itua herbal  cure in africa in which he advise we should purchase his herbal medicine to cure my hiv so we did and Dr Itua prescribed I should drink the herbal medicine for two weeks to cure although we were so curious about the whole thing ,I finished the herbal medicine like he advised then he talked to me to visit my nearest clinic for check up I did and now I'm totally cured from Hiv my father was my rock and I and my family are now happy together also Dr Itua has be helpful in my community ever since he cure my Hiv so why I'm leaving  my story on here today is to reach out someone out here to hope on God and never give up no matter the situation you that you are facing especially through this pandemic seasons which has really taught us all on how we should be helpful to each other and cherish one another.Dr Itua cures the following diseases.....  Herpes,Liver cancer,Throat cancerLeukemia.,Alzheimer's disease,Chronic Diarrhea,Copd,Parkinson,Als,Adrenocortical carcinoma  Infectious mononucleosis.
    Intestinal cancer,Uterine cancer,Fibroid,Bladder cancer,Hiv,Esophageal cancer,Gallbladder cancer,Kidney cancer,Hpv,Lung cancer,Melanoma,Mesothelioma,Multiple myeloma,Oral cancer,Sinus cancer,Hepatitis A,B/C,Skin cancer,Soft tissue sarcoma,Spinal cancer,Stomach cancer,Vaginal cancer,Vulvar cancer,
    Testicular cancer,Thyroid Cancer.You can contact Dr Itua Herbal Center on E-Mail: drituaherbalcenter@gmail.com  Or Whats-App Chat : +2348149277967

    BalasHapus