Kamis, 13 Desember 2012

Leishmania Braziliensis


Leishmania Braziliensis


Hospes dan nama penyakit
            Manusia merupakan hospes definitif parasit ini dan lalat phlebotomus berperan sebgai hospes perantara. Penyakit yang disebbagkan oleh parasit ini disebut leismaniasis Amerika atau Espundia. Penyakit ini dapat dibagi menjadi tiga tipe menurut “strain” yang menyebabkannya, yaitu 1. Tipe ulkus meksiko dengan lesi yang terbatas pada telinga. Penyakitnya menahun, parasitnya sedikit, ulkusnya kecil-kecil dan tidak menyebar ke mukosa lainnya. 2. Tipe uta, lesi kulit yang menyerupai “oriental sore”, pada lesi yang dini lebih banyak ditemukan parsitnya daripada lesi yang sudah lama.

Ciri-ciri Leishmania Brasiliensis     
  1. Berbentuk  lonjong  dengan  ukuran 2 -6  kali .
  2. Tidak  memiliki  flagel .
  3. Pada  ujung  posterior  terdapat inti berbentuk gelembung .
  4. Pada anterior terdapat kinetoplas dengan ukuran yang berbeda .
Klasifikasi Leismania Brasiliensis
Kingdom                     : Protista
Subkingdom                : Protozoa
Phylum                        : Sarcomastigophora
Class                            : Zoomastigophora
Order                           : Kinetplastida
Family                         : Trypanosomatidae
Section                        : Salivaria
Genus                          : Leishmania
Species                        : Braziliensis

Penyebaran / Distribusi geografi
Penyakit ini ditemukan di Amerika Tengah dan selatan ( mulai dari Guatemala sampai ke Argentina bagaian Utara dan Paraguay ). Di Indonesia penyakit ini belum ditemukan.

Habitat Leishmania Brasiliensis
            Habitat ini berada pada pinggiran hutan dan banyak terdapat pada orang dewasa laki-laki yang bekerja di hutan. Sedanjgkan di brazil di duga hospesnya adalah binatang liar.

Morfologi
            Morfologi parasit ini tidak dapat dibedakan dari L.Donovani dan L.tropica. Stadium amastigot hidup dalam sel RE di bawah kulit pada “porte d’entree” dan menyebar ke selaput lendir ( mukosa ) yang berdekataan seperti mulut, hidung, dan tulang rawan telinga. Stadium promastigot terdapat pada lalat phlebotomus sebagai bentuk infektif. Bentuk ini ditemukan dalam biakan N.N.N

Siklus Hidup
  1. Sandfly menggigit kulit manusia dan menginfeksikan fase proma stigote pada prozoa kedalam inang.
  2. Macrophage akan memphagositosit proma stigote.
  3. Di dalam macrophage promastogote akan berkembang menjadi amastigote.
  4. Amastigote terus memperbanyakdiri di da la m sel hingga macrophage pecah da n terjadi penyebaran pada macrophage lain.
  5.  (fase pada sandfly)  sandfly menggigit manusia yang terinfeksi ,  tahap amastigote di manusia.
  6. Berkembang biak dan bertambah banyak di usus lalat pasir.
  7. Amastigote kemudian akan berkembang ke tahap selanjutnya yaitu tahap promastigte di dalam midgut.
  8. Dari   masuk menuju kelenjar ludah sandfly



Patologi dan Gejala Klinis
            Masa tunas penyakit ini berlangsung beberapa hari sampai beberapa bulan. Pada “porte de’entree” terjadi hiperplasi sel RE yang mengandung stadium amastigot. Kemudian timbul makula dan papula, setelah itu papula pecah dan terjadi ulkus. Parasit yang keluar bersama sekret ulkus menyebabkan ulkus baru atau granuloma. Saluran limfe tersumbat dan terjadilah nekrosis. Infeksi sekunder oleh bakteri merupakan penyulit, sehingga terjadi destruksi tulang rawan pada hidung atau telinga. Penyakit ini berlangsung bertahun-tahun dan bila tidak diobati dapat sembuh sendiri. Ulkus dapat sembuh sendiri dengan meninggalkan parut.
            Lesi terjadi pada tipe uta, sa,a bentuknya sengan tipe meksiko, hanya predileksi pada telinga kurang dan jarang menghinggapi selaput lendir. Masa tunas pada tipe espundia adalah 2 – 3 bulan dan biasanya lesi pertama terjadi pada kulit dan mungkin terdapat selaput lendir, baru setelah kira-kira satu tahun terjadi lesi sekunder yang dapat menyebakan cacat.

Diagnosis
            Diagnosis ditegakkan dengan
Menemukan parasit dalam sediaan apus atau sediaan biopsi dari tepi ulkus
Pembiakan dalam medium N.N.N
Reaksi Imunologi       

Pencegahan
            Pencegahan dapat dilakukan dengan
Membasmi koloni gerbil ( hospes reservoar )
Menghilangkan sumber makanan gerbil dengan membuang semak-semak
Mencegah pertumbuhannya kembali dengan cara menanami pohon di tempat tersebut.

 Pengobatan
            Terapi intravena dalam etilstibamin harus dilakukan dengan segera setelah diagnosis dibuat, mengingat luka mukokuta yang deduktif. Natrium antimonium tartrat dan stibofen dapat digunakan dalam pengobatan secara berturut-turut. Amfoterisin B juga mempunyai nilai terapeutik.
            Antibiotik diberikan bila terdapat infeksi sekunder oleh bakteri.
            


   


                                                                                                            salam f kecil 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar